Monday, October 25, 2010

Cahaya



dunia,
kusut dengan manusia,
manusia yang kuat hanya di alam maya,
manusia yang luhur hanya mainan semata,
manusia yang penuh dengan propaganda,
manusia yang penuh dengan kata-kata,
kata-kata indah yang membingkai warna sastra.


dalam kelam aku memerhati dan merasa,
dengan setiap nilai yang telah dikurnia,
yang kerdil mahupun yang mega,
seperti sang pujangga yang tak pernah lelah dengan masa,
masa pembunuh usia.


bila kata hanya mainan minda,
kita jadi alpa,
tentang dia yang maha esa,
setiap kali ku menadah tangan ke hadratnya,
ada saja mata-mata gila,
cemburu buta.


dalam hidup kau perlu cahaya,
walau sejauh mana kau mencarinya,
tetap juga kau kecewa,
mohon saja pada si pencipta,
untuk kau tetap ada.

Thursday, October 14, 2010

Perempuan




kau adalah perempuanku,
yang selalu aku impikan,
dalam mimpi-mimpiku

kau adalah perempuanku,
yang selalu aku harapkan,
dan bila suatu hari,
bila aku terjaga dari mimpi,
yang pertama aku lihat adalah wajahmu

tapi sayang..
kau takkan tahu

Wednesday, October 6, 2010

Angels



Just like a star across my sky,
Just like an angel off the page,
You have appeared to my life,
Feel like I'll never be the same,
Just like a song in my heart,
Just like oil on my hands,
Honour to love you

Tuesday, October 5, 2010

Adinda




tika hati sudah memberi
tika janji sudah terpatri
meyilaukan mata dengan seribu dawai mimpi
ku titipkan sedikit rasa ini
yang selalu memberi warna warni

saat berlabuh muka malam
ku teriak namamu wahai sang dayang
dan jarum jam mulai lelah
ku meminta padanya arah
agar menyatukan jarak yang tak pernah sudah


Friday, October 1, 2010

Dang Anum 1

Dang Anum menanti di muka jendela dengan penuh sayu. Diwajahnya jelas terpampang perasaan gusar, menantikan kepulangan Laksamana Bentan sejak beberapa purnama dahulu. Dia sudah tiada siapa-siapa melainkan suami tercintanya. Sesekali dijengahnya ke luar jendela. Namun yang ada hanyalah bayangan pokok asam yang terletak dihadapan rumahnya.

" tinggi betul rasamu wahai anak. Dimana ibumu mahu mencari nangka? "

Dengan takdir tuhan, lalulah penghulu kampung membawa nangka untuk dipersembah kepada sultan.

"penghulu, besar hajat hati hamba akan seulas nangka yang tuan bawa"

Penghulu berhenti di kaki tangga dan meletakkan nyiru yang berisi nangka.

"hamba dalam perjalanan dari dusun baginda ke istana. membawa nangka yang satu ini."

Mendengarkan kata-kata penghulu, Dang Anum redha. Penghulu mengangkat nyiru berisi nangka dan menyambung perjalanannya ke istana. Ternyata sifat perimanusianya membuatkan nyiru yang dipegang diletakkan semula di muka tangga. Penghulu menyelak kain kuning dan mencapai keris kecil di pinggang, lalu ditebuklah satu ulas nangka. Bahagian yang rompong, diterbalikkan menghadap muka nyiru sebagai mengaburi mata sultan.

"Beribu kasih kepada tuan, barulah lega rasa hati anak hamba"

"jagalah anakmu, sebagaimana suami mu menjaga negeri ini"